
Suarapemilih.com, WONOGIRI – Suasana politik di Wonogiri makin memanas menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) ini setelah munculnya manuver pembelotan dan aksi pengkhianatan terhadap partai, Minggu (1/11). Sampai berita ini diturunkan sudah diketahui orang-orang yang melakukan aksi pembelotan dan pengkhianatan tersebut.
Peristiwa ini bermula dari Wakil Sekretaris Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Amanat Nasional (PAN) Wonogiri, Ahmad Fadilah Salam, yang melakukan manuver pembelotan dukungan dengan terang-terangan mendukung pasangan calon (paslon) lain yang tidak diusung oleh partainya.
Diketahui Ahmad tengah menyusun gerakan pembelotan untuk membelah kekuatan PAN. Ia menegaskan separuh DPC PAN akan mendukung pasangan calon yang tidak diusung PAN. Maneuver pembelotan 50 persen DPC PAN ini ditujukan kepada paslon Joko Sutopo dan Edy Santosa.
Manuver politik Ahmad ini merupakan buntut sikap kecewanya terhadap PAN, yang tidak mengusung calon dari kadernya sendiri. Meski mantan Anggota Fraksi PAN DPRD Jateng, Subandi, telah mendapatkan rekomendasi maju mencalonkan berpasangan dengan Yuli Handoko (Wakil Bupati Wonogiri periode 2010-2015).
Sementara itu, Ketua DPC PDIP Wonogiri, Joko Sutopo menemukan indikasi ada kader partainya yang melakukan pengkhianatan politik. Secara terang-terangan, dia menunjuk Anggota Fraksi PDIP DPRD Wonogiri, Rudatin, dari Kecamatan Eromoko, yang diindikasikan telah melakukan pengkhianatan partai.
Rudatin, dinilai tidak lagi tegak lurus melaksanakan garis partai, tapi malah terindikasi telah berpaling mendukung paslon yang tidak diusung PDIP. Sebagai pimpinan tertinggi PDPI Wonogiri, Joko Sutopo, belum menyinggung soal sanksi yang dapat diberikan terhadap kader yang berkhianat tersebut.Kf